Friday, July 3, 2020

Yang Abadi Adalah Perubahan


Masa telah berubah. Katanya... saat ini kita terpaksa harus masuk era "The New Normal". Hidup tetap harus berjalan dengan penyesuaian karena situasi yang tidak biasanya. Tapi tujuan hidup manusia tetap tidak pernah berubah, tetap tujuan normal, Selamat dunia akhirat dan kalau bisa menjadi berkah manfaat  bagi manusia lain. Siap berubah...? tetaplah jalankan hidup dengan cara yang baik, walaupun dengan jalan yang berbeda. Sesungguhnya dalam setiap periode masa kita berevolusi dari satu normal ke normal lainnya. Beradaptasi dari satu kebiasaan ke kebiasaan baru lainnya. Jadi ini bukan normal baru yang benar benar baru. Hanya saja kali ini aspek kesehatan dan kebersihan jadi prioritas utama. 

Misalnya, kita bahas cara orang berdagang berubah dari jaman pasca kemerdekaan akhirnya kita menuju masa bebelanja di pasar pasar tradisional. Awalnya setiap pedagang harus berkelililing keluar masuk  kampung memikul atau mendorong dagangannya menawarkan langsung ke rumah rumah. Pedagang yang mendatangi pembeli. Pembeli waktu itu hanya punya pilihan siapa pedagang yang datang pas dibutuhkan. Jika butuh belanja sayur pagi hari, maka siapa pedagang sayur yang datang pagi maka itu rejeki si Abang sayur yang datang pagi. Lalu beberapa waktu kemudian misal di hari Kamis, para pedagang kumpul di satu lapangan di satu kampung. Maka pada hari Kamis itu pembeli sudah tahu bisa beramai ramai datang ke "Pasar Kamis" untuk belanja kebutuhan makan sehari hari dengan lebih banyak pilihan dan lebih leluasa menawar karena ada pedagang lain juga disana. Lalu pelan pelan bagi pedagang dan bagi pembeli membeli di satu tempat dirasakan lebih praktis dan menyenangkan. Lalu mulai para pedagang berserikat dan menjual menetap di satu lokasi. Tidak hanya berdagang sehari seminggu saja tapi aktif berjualan sepanjang minggu. Pindah lagi ke era normal baru masuk ke era pasar tradisional. Pasar tradisional waktu itu adalah kumpulan dari pedagang- pedagang yang dikumpulkan untuk berdagang sepanjang waktu di satu tempat. Disana terjadi aktifitas perdagangan jual beli berbagai komoditas dagangan. Lalu oleh presiden melalui keppresnya maka pemerintah daerah difasilitasi gedung dan infrastrukture lain menjadi pasar inpres atau pasar rakyat. Mulai ada juga ditunjuk Kepala Pasar yang bertugas mengatur dan mengawasi aturan main pedagang.  Kebiasaan berubah dari pedagang yang awalnya berkeliling kampung, lalu menjadi pembeli yang datang berkunjung ke pasar inpres. Di normal baru masa itu pilihan barang dan komoditi lebih banyak tapi dari sisi pedagang jadi lebih banyak pesaing produk komoditi yang sama. Mulai ada namanya sebutan "pelanggan" artinya pembeli loyal. Walaupun disamping ada pedagang B yang menjual telur tapi pembeli loyal membeli ke pedagang A. Kenapa begitu? Karena pedagang A cepat beradaptasi kepada "normal baru" berdagang di pasar inpres. Berarti barang dan komoditas harus lebih segar dari pedagang lain, melayani pembeli harus lebih ramah dan bersahabat, harga juga harus wajar dan bisa saja lot dagangnya tampak lebih terang, bersih dan sehat dibanding lot pedagang lain jadi pembeli merasa lebih nyaman dibanding membeli di lot lain yang becek dan bau.

Ke"normal"an terus berevolusi. Kemakmuran mulai meningkat, jumlah penduduk makmur sejahtera mulai meningkat maka gaya hidup juga makin berubah. Masyarakat golongan makmur membutuhkan belanja yang lebih nyaman, tidak sesak pengap, kalau perlu berAC, tidak injak lantai becek dan tidak keberatan dengan harga pas alias tidak menawar. Maka mulai dirasakan normal jika belanja di Supermarket. BerAC, pilihan barang makin beragam bukan lagi hanya sembako dan bahan baku pangan, bisa memilih milih barang sendiri dan memasukan ke keranjang lalu membayar pada saat selesai dan keluar toko. Tantangannya beda lagi terutama dari sisi pengusahanya, yaitu kemungkinan barang dagangan hilang atau harus lebih sering menganalisa mana produk yang laku mana yang tidak untuk mengatur jumlah stock barang di etalase dan gudang yang terbatas agar semua modal menjadi asset lancar. Bagi pembeli tantangannya beda lagi, diberi kenyamanan supermarket maka kebutuhan akan standard kenyamanan makin meningkat lagi. Masa belanja baju , assesories , fashion, elektronik dan barang barang lebih lifestyle tidak bisa lebih nyaman lagi? Maka pengusaha mulai membangun mall dimana mulai dari fasilitas parkir mobil pembeli, lift dan escalator, istirahat makan minum, sampai menciptakan interior suasana nyaman saat kelilingan dari toko ke toko , fasilitas ibadah, toilet dan lain lain pendukung kenyamanan berbelanja dipikirkan dengan baik. Bahkan ukuran Mall terus makin luas dengan kelas segmen, kelas fasilitas yang berbeda dan jumlah jenis tenant yang makin beragam. Bahkan supermarket yang tadinya berdiri di gedung sendiri diluar saat ini juga ikut dimasukan ke mall. Setiap normal baru ini pasti ada tantangan dan kebutuhan penyesuaian baru lagi. Saat ini pembeli merasa normal untuk berbelanja seluruh kebutuhannya di dalam mall.

Lalu bagaimana dengan "normal baru pasca covid-19" ini? Justru jadi jauh berbeda dengan tujuan awal didirikan mall. Dari awalnya menyediakan tempat dimana jadi tujuan deatinasi, tempat dimana orang nyaman berkumpul dan berlama lama kelilingan membelanjakan uangnya, janjian dengan kawan dan relasi sambil makan minum dan rekreasi, justru saat ini semua itu mendadak dibatasi. Dilarang lagi berkumpul, berlama lama di satu lokasi dengan jumlah massa yang besar. Bahkan pasar rakyat saat ini dikatakan sebagai episentrum sumber utama penyebaran virus covid-19. Jika berjalan keluar rumah saja harus tertutup rapat dari wajah, kepala sampai badan. Masker dan faceshield sekarang justru jadi standard fashion baru. Normal baru apa yang harus kita hadapi saat ini? Maka sepanjang masa kita hidup sungguh kita tidak bisa menghindar dari tuntutan  perubahan. Sesuatu yang abadi adalah perubahan. Tidak berubah dan beradaptasi maka kita mati. Jangan terlalu berkeluh kesah dengan adanya tuntutan perubahan, terima dengan sabar dan amati dengan seksama apa hal hal yang bisa jadi peluang, mengambil manfaat dari adanya perubahan ini. Maka walaupun belanja online sudah dikenal beberapa tahun lalu, tapi pasca Covid-19 saat ini akan masuk betul betul aplikasi era belanja online, mulai beradaptasi dan belajar setiap aspek terkait belanja online ini. Jumlah penduduk miskin meningkat, sekarang setiap keluarga fokus pada pemenuhan kebutuhan pangan dibanding lifestyle. Pergeseran ini bisa berlaku sampai setahun kedepan sampai sektor usaha dan berbisnis mulai bisa menggerakan ekonomi lebih maju lagi. Apa yang bisa kita jadikan peluang dari perubahan prioritas kebutuhan ini ? Saat ini kita tetap harus taat pada anjuran pemerintah seperti ketentuan PSBB, work from home, jaga jarak/ fisical distancing dan patuhi protokol kesehatan covid-19, karena bisa saja walaupun kita rasanya sehat tapi kita berperan sebagai carrier/ pengantar virus ini berpindah ke orang lain apalagi kepada warga senior yang lebih sepuh atau kepada warga yang lebih muda. Jangan buat beban pemerintah jadi lebih berat. Tapi bukan berarti lalu kita harus diam saja menunggu pandemic berakhir, kecuali kalau Anda yakin jika Anda punya ketahanan financial keluarga yang kuat sampai situasi normal lagi. Beradaptasilah agar bisa bertahan dalam setiap perubahan. Tertutup satu pintu rejeki maka akan terbuka pintu lain. Bacalah sesi konseling bulan ini sebagai referensi. 


SEMANGAT SUKSES 
(Mirza A.Muthi)