Masa telah berubah. Katanya... saat ini kita terpaksa harus masuk era "The New Normal". Hidup tetap harus berjalan dengan penyesuaian karena situasi yang tidak biasanya. Tapi tujuan hidup manusia tetap tidak pernah berubah, tetap tujuan normal, Selamat dunia akhirat dan kalau bisa menjadi berkah manfaat bagi manusia lain. Siap berubah...? tetaplah jalankan hidup dengan cara yang baik, walaupun dengan jalan yang berbeda. Sesungguhnya dalam setiap periode masa kita berevolusi dari satu normal ke normal lainnya. Beradaptasi dari satu kebiasaan ke kebiasaan baru lainnya. Jadi ini bukan normal baru yang benar benar baru. Hanya saja kali ini aspek kesehatan dan kebersihan jadi prioritas utama.
Misalnya, kita bahas cara orang
berdagang berubah dari jaman pasca kemerdekaan akhirnya kita menuju masa
bebelanja di pasar pasar tradisional. Awalnya setiap pedagang harus
berkelililing keluar masuk kampung memikul atau mendorong dagangannya
menawarkan langsung ke rumah rumah. Pedagang yang mendatangi pembeli. Pembeli
waktu itu hanya punya pilihan siapa pedagang yang datang pas dibutuhkan. Jika
butuh belanja sayur pagi hari, maka siapa pedagang sayur yang datang pagi maka
itu rejeki si Abang sayur yang datang pagi. Lalu beberapa waktu kemudian misal
di hari Kamis, para pedagang kumpul di satu lapangan di satu kampung. Maka pada
hari Kamis itu pembeli sudah tahu bisa beramai ramai datang ke "Pasar
Kamis" untuk belanja kebutuhan makan sehari hari dengan lebih banyak
pilihan dan lebih leluasa menawar karena ada pedagang lain juga disana. Lalu
pelan pelan bagi pedagang dan bagi pembeli membeli di satu tempat dirasakan
lebih praktis dan menyenangkan. Lalu mulai para pedagang berserikat dan menjual
menetap di satu lokasi. Tidak hanya berdagang sehari seminggu saja tapi aktif
berjualan sepanjang minggu. Pindah lagi ke era normal baru masuk ke era pasar tradisional.
Pasar tradisional waktu itu adalah kumpulan dari pedagang- pedagang yang
dikumpulkan untuk berdagang sepanjang waktu di satu tempat. Disana terjadi
aktifitas perdagangan jual beli berbagai komoditas dagangan. Lalu oleh presiden
melalui keppresnya maka pemerintah daerah difasilitasi gedung dan
infrastrukture lain menjadi pasar inpres atau pasar rakyat. Mulai ada juga
ditunjuk Kepala Pasar yang bertugas mengatur dan mengawasi aturan main
pedagang. Kebiasaan berubah dari pedagang yang awalnya berkeliling
kampung, lalu menjadi pembeli yang datang berkunjung ke pasar inpres. Di normal
baru masa itu pilihan barang dan komoditi lebih banyak tapi dari sisi pedagang
jadi lebih banyak pesaing produk komoditi yang sama. Mulai ada namanya sebutan
"pelanggan" artinya pembeli loyal. Walaupun disamping ada pedagang B
yang menjual telur tapi pembeli loyal membeli ke pedagang A. Kenapa begitu?
Karena pedagang A cepat beradaptasi kepada "normal baru" berdagang di
pasar inpres. Berarti barang dan komoditas harus lebih segar dari pedagang
lain, melayani pembeli harus lebih ramah dan bersahabat, harga juga harus wajar
dan bisa saja lot dagangnya tampak lebih terang, bersih dan sehat dibanding lot
pedagang lain jadi pembeli merasa lebih nyaman dibanding membeli di lot lain
yang becek dan bau.
Ke"normal"an terus
berevolusi. Kemakmuran mulai meningkat, jumlah penduduk makmur sejahtera mulai
meningkat maka gaya hidup juga makin berubah. Masyarakat golongan makmur
membutuhkan belanja yang lebih nyaman, tidak sesak pengap, kalau perlu berAC,
tidak injak lantai becek dan tidak keberatan dengan harga pas alias tidak
menawar. Maka mulai dirasakan normal jika belanja di Supermarket. BerAC,
pilihan barang makin beragam bukan lagi hanya sembako dan bahan baku pangan,
bisa memilih milih barang sendiri dan memasukan ke keranjang lalu membayar pada
saat selesai dan keluar toko. Tantangannya beda lagi terutama dari sisi
pengusahanya, yaitu kemungkinan barang dagangan hilang atau harus lebih sering
menganalisa mana produk yang laku mana yang tidak untuk mengatur jumlah stock
barang di etalase dan gudang yang terbatas agar semua modal menjadi asset
lancar. Bagi pembeli tantangannya beda lagi, diberi kenyamanan supermarket maka
kebutuhan akan standard kenyamanan makin meningkat lagi. Masa belanja baju ,
assesories , fashion, elektronik dan barang barang lebih lifestyle tidak bisa
lebih nyaman lagi? Maka pengusaha mulai membangun mall dimana mulai dari
fasilitas parkir mobil pembeli, lift dan escalator, istirahat makan minum,
sampai menciptakan interior suasana nyaman saat kelilingan dari toko ke toko ,
fasilitas ibadah, toilet dan lain lain pendukung kenyamanan berbelanja
dipikirkan dengan baik. Bahkan ukuran Mall terus makin luas dengan kelas
segmen, kelas fasilitas yang berbeda dan jumlah jenis tenant yang makin
beragam. Bahkan supermarket yang tadinya berdiri di gedung sendiri diluar saat
ini juga ikut dimasukan ke mall. Setiap normal baru ini pasti ada tantangan dan
kebutuhan penyesuaian baru lagi. Saat ini pembeli merasa normal untuk berbelanja
seluruh kebutuhannya di dalam mall.
Lalu bagaimana dengan "normal
baru pasca covid-19" ini? Justru jadi jauh berbeda dengan tujuan awal
didirikan mall. Dari awalnya menyediakan tempat dimana jadi tujuan deatinasi,
tempat dimana orang nyaman berkumpul dan berlama lama kelilingan membelanjakan
uangnya, janjian dengan kawan dan relasi sambil makan minum dan rekreasi,
justru saat ini semua itu mendadak dibatasi. Dilarang lagi berkumpul, berlama
lama di satu lokasi dengan jumlah massa yang besar. Bahkan pasar rakyat saat
ini dikatakan sebagai episentrum sumber utama penyebaran virus covid-19. Jika
berjalan keluar rumah saja harus tertutup rapat dari wajah, kepala sampai
badan. Masker dan faceshield sekarang justru jadi standard fashion baru. Normal
baru apa yang harus kita hadapi saat ini? Maka sepanjang masa kita hidup
sungguh kita tidak bisa menghindar dari tuntutan perubahan. Sesuatu yang
abadi adalah perubahan. Tidak berubah dan beradaptasi maka kita mati. Jangan
terlalu berkeluh kesah dengan adanya tuntutan perubahan, terima dengan sabar
dan amati dengan seksama apa hal hal yang bisa jadi peluang, mengambil manfaat
dari adanya perubahan ini. Maka walaupun belanja online sudah dikenal beberapa
tahun lalu, tapi pasca Covid-19 saat ini akan masuk betul betul aplikasi era
belanja online, mulai beradaptasi dan belajar setiap aspek terkait belanja
online ini. Jumlah penduduk miskin meningkat, sekarang setiap keluarga fokus
pada pemenuhan kebutuhan pangan dibanding lifestyle. Pergeseran ini bisa
berlaku sampai setahun kedepan sampai sektor usaha dan berbisnis mulai bisa
menggerakan ekonomi lebih maju lagi. Apa yang bisa kita jadikan peluang dari
perubahan prioritas kebutuhan ini ? Saat ini kita tetap harus taat pada anjuran
pemerintah seperti ketentuan PSBB, work from home, jaga jarak/ fisical
distancing dan patuhi protokol kesehatan covid-19, karena bisa saja walaupun
kita rasanya sehat tapi kita berperan sebagai carrier/ pengantar virus ini
berpindah ke orang lain apalagi kepada warga senior yang lebih sepuh atau
kepada warga yang lebih muda. Jangan buat beban pemerintah jadi lebih berat.
Tapi bukan berarti lalu kita harus diam saja menunggu pandemic berakhir,
kecuali kalau Anda yakin jika Anda punya ketahanan financial keluarga yang kuat
sampai situasi normal lagi. Beradaptasilah agar bisa bertahan dalam setiap
perubahan. Tertutup satu pintu rejeki maka akan terbuka pintu lain. Bacalah
sesi konseling bulan ini sebagai referensi.
SEMANGAT SUKSES
(Mirza A.Muthi)
No comments:
Post a Comment