
Setiap kita pasti awalnya adalah anak yang dilahirkan dari
sepasang orangtua dan buah dari didikan dalam keluarga. Misalnya dari banyak
orang yang saya temui dan sebagian besar punya masalah dalam kehidupannya,
sebagian berkata kondisinya saat ini adalah buah dari tindakan orangtua yang
justru menjadi momok dalam perkembangan mentalnya menuju dewasa dan menanamkan
trauma yang dalam, sehingga menghalangi sukses. Saya ingin katakan bahwa
mungkin saja setiap orang tua memiliki "dosa" kepada anaknya. Karena
sebetulnya maksud mereka bersikap keras dan cenderung otoriter, terlalu
protektif kepada anak anaknya adalah baik. Mereka ingin anaknya jadi yang
terbaik. Misalnya maka anak di sekolahnya harus dapat angka ujian yang terbaik,
kalau sedikit saja angka turun maka ada orang tua yang marah marah, sehingga
terucap kata kata kasar seperti "bodoh" yang terus diingat secara
mendalam dalam benak anak. Lalu ucapan tsb karena sangat membekas dan selalu
diulang ulang orang tua sehingga menjadi seperti "cap" bagi si anak,
bahwa dia yakin kalau dia bodoh seperti yang sering diucapkan oleh orang tuanya
kepada anaknya tsb. Dan itu menimbulkan trauma berat dan terus dibawa sampai
dewasa bahkan sampai sudah jadi orang tua dan memiliki anak. Yang bahaya adalah
jika pengalamannya dijadikan referensi kebenaran cara untuk mendidik anak
anaknya. Maka lingkaran setan di keluarga ini dan keturunannya sampai ada
generasi yang bersikap lebih positif.
Lalu bagaimana seorang anak bisa melepaskan diri dari
"penjara trauma dan beban mental" seperti ini. Berdamailah, sabar dan
ikhlas atas semua takdir yang sudah diterima dan sudah dijalani. Tidak ada yang
ideal di dunia ini, semua tersedia sesuai apa yang kita inginkan. Kita tidak
bisa memilih di orang tua mana ingin dilahirkan, dengan cara apa orang tua yang
melahirkan akan mendidik kita, dikeluarga seperti apa kita akan dididik dan
dibesarkan. Seringkali apa yang kita dapatkan dan jalani ya itulah proses hidup
yang harus kita jalani. Lalu apa masa depan kita harus hancur dengan trauma
keluarga yang kita terima? lalu menyalahkan orang tua atas nasib yang kita
terima? Jangan sia siakan hak hidup dan hak bahagia Anda dengan terus menyeret
nyeret beban masa lalu. Sabar dan ikhlas atas apa yang sudah kita terima dan
rubah cara pandang kita menyikapi hidup ini, rubah tindakan kita sehingga
menjadi kebiasaan mental yang baru dan akan merubah nasib kita pada akhirnya.
Anda toh juga akan jadi orang tua juga pada akhirnya, punya anak
anak juga yang jadi tanggung jawab Anda, lalu apakah Anda akan mengulang
"kesalahan yang sama" pada anak anak Anda? Jika Anda merasa merana
dengan beban mental dan trauma perasaan Anda karena cara didikan kolot orang
tua Anda , maka Anda harus rubah. Anda harus melahirkan generasi yang sehat
lahir bathin dan siap untuk berkompetisi tanpa membawa beban berat yang
sebetulnya tidak perlu bagi mentalnya. Jika Anda tidak punya "sabar dan
ikhlas" tsb, mustahil Anda bisa lepas dari beban dan berdamai dengan
kenyataan. Anda akan terus mengeluh dan menyalahkan situasi, menyalahkan orang
lain atas kegagalan hidup yang Anda alami. Mustahil Anda bisa bangkit dan siap
mengambil peluang peluang positif yang tersedia bahkan di depan mata. Anda
perlu tahu, jadi orang tua sungguh tidak mudah. Tidak ada sekolah menjadi
orangtua dan situasi setiap keluarga tidak pernah sama satu sama lain. Belum
tentu Anda akan lebih baik dari orangtua Anda.
Jika Anda berhasil berdamai dengan pikiran danhati Anda, memaafkan
orang tua, menghargai diri Anda sendiri, berhasil lepas dari trauma masa lalu,
maka berarti Anda siap untuk maju lebih cepat, lebih pasti, menuju apa yang
Anda cita citakan dengan hati yang ringan dan siap menerima pengetahuan baru,
siap mengambil peluang baru dan bersiap menuju sukses.
SEMANGAT SUKSES (Mirza
A.Muthi)