Monday, March 2, 2020

Penjiwaan " AKU " di Jaman Sekarang


Chairil Anwar, Lahir di Medan pada 26 Juli 1922, merupakan salah satu pelopor seniman puisi Angkatan ’45 sekaligus pelopor puisi sastra modern Indonesia. Karya puisinya yang diketahui berjumlah lebih kurang ada sejumlah 70 karya dari 96 karya sastra yang telah dituliskan.
Dilahirkan dan dibesarkan di Medan, Chairil Anwar berkenalan dengan dunia sastra setelah kepindahannya ke Batavia dengan sang ibu saat usianya menginjak 19 tahun. Puisi pertamanya dipublikasikan 2 tahun setelah kepindahannya, yaitu pada 1942. Tema yang sering diusung dalam tulisan-tulisannya adalah masalah pemberontakan, kematian, individualisme, eksistenalisme, hingga multi-interpretasi.
         
"Aku" adalah karya puisi Chairil Anwar yang paling dikenal. Puisi Aku menggambarkan tentang keyakinan dan semangat Chairil Anwar dalam melahirkan karya-karya tulisannya dibalik pengawasan ketat dari Jepang.

Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku  mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!
         
"Aku" masih sangat relevan jika dimaknai pada zaman ini sebagai pembentukan karakter pribadi dan penyemangat perjuangan hidup setiap kita. Berikut adalah parafrase puisi Aku ke dalam bentuk prosa, dimaknai dalam kehidupan kita sehari hari: 

Suatu saat aku pasti harus pergi keluar rumah, ke kehidupan nyata. Atau suatu saat pasti Aku akan sampai pada masa jatuh dan susah. Bersaing ketat dengan semua manusia yang juga ingin bertahan hidup. Ketika saatnya aku untuk pergi atau masa susah itu tiba, aku tak ingin ada yang meremehkanku untuk menyerah pada segala keadaan dan kekuranganku. Meskipun itu kau yang meremehkan, teman, keluarga, bahkan orangtua..aku akan tetap berkeras hati dengan keyakinan tujuanku.
Aku tak membutuhkan tangisan dan air mata dari siapapun untuk mengasihaniku. Tidak perlu sedu sedan itu. Aku tidak akan mengeluh dan meratap.

Menurut keadaanku saat ini, aku ini merupakan binatang jalang. Oleh sebab itu aku ini adalah bagian dari kumpulan kelompok yang terbuang, kelompok yang sedang kalah, kelompok yang sedang dikucilkan, sedang direndahkan.
Bisa jadi Aku adalah karyawan yang dipecat, marketing yang tidak capai target, anak dari orang tua yang cerai, orang miskin yang tidak berharga, pengusaha yang sedang bangkrut, orang yang sedang kena fitnah, dsb...
Keberadaanku tidak dianggap karena saat ini aku sedang jatuh dan tidak punya apapun untuk dibanggakan.

Tapi biarpun saat ini kesulitan menerpa, kemiskinan melanda, caci maki dan sindiran bertubi tubi, bahkan meskipun hujan peluru menerjang, aku akan tak akan pernah menyerah dan berhenti berjuang. Aku akan tetap berlari menerjang dengan kobaran semangat yang terus meradang. Sampai cita cita dan tujuan tercapai.

Walau dengan berjuang akan membutuhkan pengorbanan, tubuhku penuh luka dan racun serta bisa, aku akan terus berlari. Meski aku harus mati, tapi aku akan mati dengan kebanggaan dan kehormatan. Aku tak akan menghentikan lariku. Aku akan berusaha meninggikan derajatku, memperbaiki perkataanku, menghargai pikiranku, memperkaya wawasan dan pemikiranku, memperbanyak pengalamanku, menguatkan ibadah dan doaku, memperluas sedekahku, tanpa perduli ejekan dan sinis dari  siapapun.

Aku akan menguatkan tekad dan menegaskan tindakanku..Sampai aku tak bisa merasakan apa pun lagi selain semangatku yang membara dan menyala. Hilang sudah semua pedih dan perih yang kurasa selain keinginan kuatku. Aku tidak peduli dengan semua yang sedang terjadi, tidak peduli dengan bagaimana orang lain memandang dan menilaiku rendah, sampai semua tujuan muliaku tercapai. Aku beribadah seakan Aku mati esok dan Aku akan berusaha karena Aku akan hidup seribu tahun lagi.

Demikianlah puisi Chairil Anwar ini masih sangat relevan dengan situasi kejiwaan kita saat ini, sebagai pejuang kehidupan yang kadang harus mengalami jatuh dan masa susah. 
Puisi " Aku "  memberikan semangat agar kita tidak perduli pada semua kesulitan dan keraskan hati untuk selalu berjuang. Sabar, sadar, tekun dan yakinkan hati. Untuk almarhum Chairil Anwar, kita sampaikan Al Fatehah...semoga Alloh SWT melapangkan kuburnya dan menggenapkan segala amal ibadahnya. 

SEMANGAT SUKSES 
( Mirza A.Muthi )