Monday, December 2, 2019

Etika Kerja Antara Pimpinan dan Karyawan

Kali ini kita membahas kasus tentang norma etika profesional kerja. Yaitu pemutusan kerja karyawan yang posisinya sudah termasuk tinggi, sangat berpengalaman di manajemen  bidang kerjanya dan sudah punya pengalaman di beberapa lapangan, mengeluh kecewa telah diputus hubungan kerja sepihak tanpa ada Surat Peringatan 1 dan 2 terlebih dahulu. Padahal dia baru saja ditarik dari perusahaan lama yang statusnya dulu masih bekerja dan ditempatkan posisi yang lebih tinggi di perusahaan baru ini. Langsung berkordinasi dengan Direktur. Umur kerja ybs di perusahaan baru ini baru mau masuk 5 bulan masa kerja. Berita ini sangat mengagetkan bagi ybs dan keluarganya karena terkesan sangat mendadak. Menjelang akhir bulan diajak ketemu oleh salah satu Direksi, di cafe umum yang cukup ramai, ternyata membahas masalah terminate ybs langsung di akhir bulan itu juga selesai.

Tentu saja ybs kaget karena selama ini tidak pernah ada tanda tanda apapun mengarah hal keputusan ini, bahkan ybs merasa selama ini sudah memenuhi jobdesc yang diamanatkan, suasana hubungannya dengan Direksi selama ini baik baik saja, disupport dengan positif oleh team pusat maupun team lapangan dan merasa tidak pernah berbuat apapun yang merugikan perusahaan. Walaupun selama ini bekerja dengan supervisi minimal karena masing masing Direktur sibuk pada pekerjaannya yang sering berbeda tempat, tapi walaupun ada keterbatasan kordinasi, ybs merasa tugas tugas tetap maksimal dijalankan dan dilaporkan rutin ke Direksi . Apalagi karena sebelumnya ybs tidak pernah diajak bicara oleh Direksi atau ada laporan dari pihak lain tentang masalah yang mungkin terkait atas kekurangan kinerjanya selama ini. 

Menurut saya, Direksi kurang paham etika norma hubungan kerja antara Pimpinan dan Karyawan. Karyawan adalah manusia juga, dan pekerjaan adalah hal yang sangat penting bagi keluarga saat ini. Beberapa karyawan potensial seharusnya adalah juga asset perusahaan. Memecat karyawan senior hanya dengan 1x pembicaraan final di tempat umum pula, hal itu saja saya pikir adalah tindakan pengambil keputusan penting yang kurang bijaksana. 

Pertama, alasan dari tempat disampaikan keputusan pemecatan. Dalam suasana tempat umum seperti cafe itu, karyawan "dipaksa" untuk menerima apapun yang disampaikan oleh pimpinan. Tidak mungkin ybs komplain bersuara tinggi atau bahkan mungkin bisa jadi menangis sebagai ekspresi kekecewaan atau mungkin marah marah di tempat umum ramai, karena merasa diperlakukan tidak fair.  Seharusnya menyampaikan hal sensitif seperti ini harus dilakukan di ruangan tertutup di Kantor. Suasana tenang dan private memungkinkan komunikasi ini dilakukan secara seharusnya, dua arah dan dalam suasana komunikasi yang formil.

Kedua adalah Karyawan ybs seharusnya diberi kesempatan untuk mendengarkan dengan seksama alasan pemecatan dan memberikan respond terkait keputusan yang disampaikan kenapa ybs diputus hubungan kerja. Ini penting sebagai masukan ybs agar bisa memperbaiki diri dipenempatan tugas berikutnya. Diberikan kesempatan juga bagi karyawan ybs untuk memberi respond atas keputusan tsb. Tapi jika menyampaikan hal penting seperti pemutusan kerja dilakukan di cafe umum, tidak ada sarana dan suasana formil bagi pimpinan ybs untuk menunjukan poin poin kesalahan karyawan ybs secara valid berdasarkan bukti dokumen atau laporan pihak lain yang harusnya bisa dikonfirmasi dulu untuk pengambilan keputusan pemutusan hubungan kerja. Kalaupun dianggap karyawan senior yang seharusnya sudah tidak perlu diajarkan lagi cara bekerja, memang bukan cara kerjanya yang perlu diajarkan. Tapi yang terpenting komunikasi mengenai tujuan kerja yang ingin dicapai perusahaan, masalah masalah spesifik yang sudah ada sebelum ybs ini masuk. Karena sebagai karyawan baru tentunya perlu diinformasikan apa saja kendala yang sedang terjadi di perusahaan yang mungkin itu jadi alasan kenapa perusahaan menarik dirinya dulu dari tempatnya bekerja.

Ketiga, karyawan posisi senior biasanya sudah lama malang melintang di dunia profesionalisme bidangnya, dan juga pasti sudah punya link luas. Kalau saat ybs ditarik dalam posisi masih bekerja, mungkin saja selama ini citra dan nama karyawan ybs cukup baik di kalangannya sehingga masih dipakai dan termasuk perusahaan menarik ybs untuk bergabung. Bergabungnya ybs dengan perusahaan baru bisa jadi juga sudah tersebar luas. Lalu mendadak 4 bulan setelah direkrut, timbul informasi bahwa ybs mendadak diterminate oleh perusahaan, pasti banyak rumor di kalangan profesional bidang tsb  yang akan timbul. Kalau rumornya terkait kesalahan yang dibuat oleh ybs maka tidak ada kerugian bagi perusahaan. Tapi kalau rumornya diberi bumbu bumbu tentang " karyawan teraniaya", maka justru otomatis citra kerugian tentang nama baik akan didapat oleh perusahaan. Di masa depan akan susah bagi perusahaan tsb untuk merekrut profesional yang dibutuhkan karena khawatir nasibnya akan seperti si pemilik kisah.

Keempat, hal ini yang sering terjadi dalam hubungan kerja profesional. Baik hubungan antara Pimpinan dan Karyawan, atau antara investor dan mitra pengelola, dan semacamnya. Jangan cepat termakan oleh isu isu yang beredar diluar tentang seseorang. Hal yang sangat maksud akal jika seorang yang sukses dan berhasil, pasti akan banyak "musuh" yaitu mereka yang tidak senang akan keberhasilan dan kesuksesan ybs. Pasti akan banyak rumor yang dibuat pihak lain yang mungkin saja bisa menjatuhkan kredibilitas ybs. Yang harus dilakukan seorang pimpinan jika sedang menerima berita rumor tsb mengenai karyawannya adalah melakukan cross check langsung dengan ybs. Jika perlu cari siapa yang bisa jadi saksi atau orang orang yang tekait atas validitas laporan tsb. Banyak keputusan profesional yang salah diambil karena tidak memperhatikan hal hal cross check langsung sehingga "ongkos kesalahan pengambilan keputusan" seperti ini akan menjadin sangat besar dan merugikan perusahaan itu sendiri.

Demikian agar kejadian ini bisa jadi pelajaran bagi karyawan yang sedang enak bekerja lalu ditawari iming iming pekerjaan baru di perusahaan baru hendaknya hati hati. Perlu juga karyawan mempelajari history dan trackrecord dari perusahaan dan etika kerja para Direksi pemberi kerja kepada sumber sumber lain sebelum memutuskan keluar dari pekerjaan saat ini dan bergabung dengan perusahaan baru. Tentunya juga perhatian bagi Direksi atau BOD bagaimana norma etika memutus hubungan kerja karyawan secara lebih bijaksana dan profesional. Anda mungkin atasan dan memegang kuasa atas karyawan Anda. Tapi ingatlah, berbisnis secara tidak memiliki norma dan etika kewajaran dan kebaikan akan menarik karma buruk. Hal hal yang kurang kondusif sangat mungkin terjadi di masa depan dan mungkin menghalangi kesuksesan usaha Anda. 

SEMANGAT SUKSES 
( Mirza A.Muthi )

No comments:

Post a Comment