Hallo para pembaca yang budiman. Mohon maaf
obingmitra.com
sempat vakum cukup lama dari artikel online karena memang belum ada
pertanyaan baru lagi yang masuk ke redaksi. Kita sama sama maklum di
situasi pandemic ini fokus semua orang pindah pada mode bertahan. Bisa
bertahan hidup dan bertahan memenuhi kebutuhan minimal hidup saja sudah
alhamduillah. Maka
obingmitra.com
juga memutuskan untuk stop tayang dulu sampai tayang lagi Agustus 2021
ini di bulan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam
1 tahun terakhir ini saya banyak bertemu dan berbincang dengan para
kepala keluarga , para suami, para bapak, yang kehilangan kemampuannya
sebagai tulang punggung keluarga. Ada yang kena PHK, tidak.diperpanjang
kontrak, pengurangan gaji sampai 50%, bahkan banyak yang dikejar kejar
hutang. Kalau masih beruntung ada beberapa kepala keluarga yang istrinya
masih berpenghasilan menjadi backup walaupun tentu masih kurang
mencukupi. Lucunya...jika kita bapak bapak kumpul, maka akan jadi sesi
curhat antar suami. Biasanya hal ini tidak pernah terjadi. Banyak suami
dan bapak yang seakan kehilangan eksistensinya dihadapan istri ataupun
anak anak. Dalam beberapa situasi, kepala keluarga jadi seperti
kehilangan harga diri. Per Maret April 2021 lalu, sudah 2 tahun
pandemic COVID 19 melanda Indonesia dan dunia. Saat ini banyak orang
yang sedang dalam kondisi sejatuh jatuhnya dari segi ekonomi keluarga
sampai sampai pihak keluarga besar harus turun tangan membantu dengan
segala lika likunya. Ada yang membantu tapi dengan banyak catatan ini
itu , omongan yang tidak enak dengan tekanan mental terutama di kepala
keluarga. Tapi ada juga keluarga yang membantu sesama keluarga yang lagi
susah dengan pengertian yang tinggi, tetap menjaga kehormatan dan
harga diri keluarga yang dibantunya. Kebanyakan manusia memang dinilai
dari hasil akhirnya terutama masalah uang. Banyak manusia berperan
sebagai Tuhan, menghakimi , memberi predikat negatif dan memberi
keputusan bersalah kepada seseorang, bahkan tanpa tahu proses dan latar
belakang kenapa orang tsb bisa sampai di situasi seperti ini. Kalau
dilihat seseorang sedang miskin atau sedang banyak hutang maka keluarlah
analisa sepihak bahwa selama ini dia kurang pintar usahanya, salah atur
uangnya, kurang hemat pakai uangnya, kurang keras usahanya, kurang
iklas sedekahnya, kurang lurus jalannya, kurang banyak bersyukur, kurang
berbakti pada orang tua, bodoh pikirannya, kurang pikir ini...kurang
timbang itu...apalagi kalau dia harus menerima bantuan maka si pemberi
bantuan seakan jadi punya hak untuk masuk mengatur hidup mereka yang
disantuninya. Padahal pilihan tujuan dan jalan hidup setiap orang atau
setiap keluarga berbeda beda. Opsinya hanya apa yang dia pikir benar dan
baik harus dipaksakan untuk dilaksanakan, berkaca karena saat ini
pemberi bantuan masih mapan dan dia si penerima bantuan sudah tumbang.
Padahal hal itu belum tentu baik untuk si penerima bantuan. Ada 1000
cara dan jalan sukses dalam hidup tapi Anda dipaksa untuk menjalankan 1
atau 3 cara hidup yang dia arahkan. Yang memberi jadi merasa kelebihan
hak untuk ikut intervensi atur ini rubah itu versi dia dan yang menerima
bantuan jadi kehilangan hak untuk berpendapat atau bahkan bicara untuk
diri dan keluarganya sendiri. Yang pegang uang yang bisa bicara. Memberi
bantuan dan santunan lalu mengatur ini itu dengan dasar selama ini apa
yang Anda kerjakan sudah jelas tidak ada hasil yang benar, jadi bicara
apapun juga tidak benar.
Belum lagi kita
kehilangan dukungan dari orang terdekat, misalnya istri atau anak anak.
Karena ketidak mampuan menafkahi lagi di masa pandemic ini, banyak
kebaikan sebagai kepala keluarga dan suami dikecil kecilkan dianggap
tidak berarti dengan adanya sedikit kesalahan dan kekurangan tidak bisa
menafkahi tahun ini dan sebaliknya usaha memenuhi backup kebutuhan
keluarga oleh pasangan yang nyatanya masih lebih kecil dan masih belum
lama juga tapi sangat dibesar besarkan. Yang tadinya anak dan istri
masih iklas dengan keadaan ini, dimasuki pemikiran pemikiran lain dari
keluarga besar yang merubah cara pandang, maka bisa berbalik komplain
dengan keadaan, berbalik dari yang tadinya masih bisa terima. Bahkan
keadaan sebenarnya dengan keahlian drama queen dari pasangan, bisa
diputar balik dan itu seperti kebenaran yang disampaikan keroyokan
sekeluarga pada saat Anda duduk di kursi terdakwa dan tidak berdaya
untuk membela diri dan tidak punya harga diri lagi sebagai kepala
keluarga. Pada dasarnya dalam pengadilan manusia, umumnya kita sangat
pintar berperan sebagai jaksa penuntut dan sedikit yang berperan sebagai
pengacara pembela. Dengan tuntutan yang diperkuat dengan fakta yang
memang ada saat ini maka banyak pihak yang meng-amin-kan bahwa memang
Anda adalah orang kalah dan salah, apa yang Anda sudah lakukan selama
ini salah apapun alasannya. Yang parah jika Anda sudah bekerja dalam
tugas menghidupi keluarga selama 20 tahun dan baru susahnya di 5 tahun
terakhir, maka tetap saja disampaikan pasangannya selama 20 tahun tidak
memberikan apa apa selain penderitaan. Kadang pasangan kita jika dalam
posisi masih mengkontribusi keluarga menggantikan posisi sebagai tulang
punggung keluarga bisa juga terlalu over acting sehingga meniadakan
eksistensi suami, melupakan pemberian suami dan merendahkan harga diri
Anda sebagai suami. Rasanya semua orang bahkan istri Anda saat ini
seperti berhak menghakimi dan menghukum Anda. Anda tidak diberi opsi
bicara untuk menjelaskan bahwa sudah banyak hal hal baik yang selama ini
dilakukan untuk keluarga, kejadian saat ini adalah situasi umum dan
kenapa bisa jatuh sampai ke situasi seperti ini selain yang dikejar
adalah saat ini Anda punya banyak kebutuhan hidup dan hutang dan semua
kebutuhan uang itu ikut memberatkan orang orang/ keluarga yang jadi
harus ikut turun tangan membantu. Padahal selama ini Anda letih berjuang
lahir bathin juga hanya untuk keluarga. Seluruh kebaikan yang sudah
diusahakan hancur dengan satu musim paceklik.
Lalu
harus bagaimana sikap Anda? Sebetulnya Anda masih termasuk beruntung
karena ada anggota keluarga besar yang masih bersedia membantu. Maka
selebihnya jadikan sabar dan sholat menjadi penolongmu. Ingatlah jika
semua pendampingmu, anak dan istri adalah titipan yang diamanahkan ada
Anda. Istripun adalah juga hanya titipan Alloh SWT. Jadi Anda juga tidak
bisa mengatur bagaimana istri Anda harus bersikap kepada Anda. Harus
memihak atau justru menikam Anda sepenuhnya hak istri Anda tergantung
dari keimanannya sebagai istri.
Anggaplah sekarang ini Anda
adalah pejuang yang sedang berperang. Tidak ada ruang dan waktu untuk
bisa tenang, istirahat dan hidup damai sebelum kemenangan tercapai.
Tidak perlu pamer juga sudah bagaimana usaha, sabar, doa dan sholat
yang sudah Anda lakukan selama ini, percuma juga. Jangan juga akhirnya
terlalu mengharapkan "bantuan gratis" keluarga, istri/suami, kawan kawan
dsb karena jarang sekali ada "manusia" bertindak dan memberi tanpa
pamrih atau mengorek ngorek " jasa baik ". Jika Anda menerima
pertolongan dari mereka, maka lapangkanlah hatimu untuk menerima
kenyataan bahwa mau tidak mau Anda harus mengizinkan si penolong masuk
intervensi dalam kehidupan Anda. Ringankan saja hati Anda dan selalu
doakan mereka yang membantu Anda. Sudah sangat bagus di saat sulit
seperti ini masih ada keluarga yang bersedia membantu karena mungkin
sebenarnya mereka juga butuh uangnya paling tidak untuk dihemat hemat,
tapi karena rasa sayangnya mereka kepada Anda maka mereka turun
membantu. Termasuk syukuri istri Anda yang masih bisa menghasilkan uang
dan sebisanya backup kebutuhan keluarga walaupun sikapnya kepada Anda
sebagai suaminya jadi dingin , kurang hormat dan ringan mulut. Anggaplah
jargon bersama saling sayang jaga dan hormati antara suami istri selalu
dalam suka dan duka...itu hanya skenario cerita manis di sinetron. Di
dunia nyata..kita semua hanya manusia biasa saja dengan ego, keakuan,
kebutuhan dan keserakahan yang tinggi. Harus jelas siapa yang bisa
disalahkan dan dikorbankan atas situasi yang terjadi.
Intinya
setiap bantuan itu Anda harus hargai dengan sabar karena keluarga Anda
yang membutuhkan, kecuali Anda cuma hidup sendiri dan tidak menanggung
anak atau anggota keluarga lain.
Kalaupun Anda
saat itu tidak dibebani kewajiban untuk mengembalikan uang segera
sebagai misalnya hutang, tapi paling tidak Anda mungkin saja akan
menerima cibiran, cemoohan sebagai konsekuensi paling rendah. Kalaupun
tidak langsung disampaikan di depan Anda, di belakang pasti Anda akan
jadi topik omongan keluarga dari sisi kelalaian Anda. Anda hanya bisa
dengar isyu dari sana sini atau merasakan sikap sinis anggota keluarga
terhadap Anda...mungkin saudara saudara Anda jadi menghindar
berkomunikasi dengan Anda si pembuat masalah....bersabarlah.
Jadi
apakah Anda harus menyalahkan sana sini dan katakan kalau seluruh dunia
bersalah kepada Anda? Lebih baik jangan Anda lakukan atau kalaupun Anda
lakukan maka Anda akan semakin terlihat sebagai orang yang konyol dan
kekanakan. Lebih baik sabar dan iklas.. terima saja karena saat ini
memang sedang waktunya Anda di bawah. Kalaupun Anda yang sedang dibawah
menerima tekanan dari mereka yang sedang diatas, itu sudah normal dari
sifat manusiawi. Termasuk Anda sendiri jika bisa menolong orang mungkin
Anda akan pamrih bahwa sewaktu waktu orang yang Anda tolong akan gantian
berbaik hati kepada Anda. Jadi janganlah juga Anda jengkel dan kesal
dengan apa yang Anda sedang alami saat ini. Pasti masih banyak orang
lain yang lebih susah kondisinya, lebih menderita suasana batinnya,
lebih dekat ke putus asa harapannya dari Anda saat ini. Sekarang ini
banyak tutup mulut dulu, menerima dulu dan banyak bersyukur saja untuk
saat ini sambil terus persiapkan rencana dan langkah berikutnya sesuai
tujuan perbaikan hidup Anda yang Anda sembunyikan. Kalaupun sekarang
Anda dikatakan selalu salah apapun yang Anda kerjakan...tetap diamlah,
masuk telinga kanan biar keluar dari telinga kiri. Lebih baik jadi bekas
orang salah daripada jadi bekas orang baik. usahakan saja sekuat tenaga
perbaikan hasil. Nanti biar pada waktunya nanti hasil yang bicara.
Tidak
ada kehidupan ideal seperti apa yang Anda mau. Justru "kekurang
sesuaian dengan harapan" dari yang Anda rasakan menjadi ujian keimanan
bagi Anda bagaimana menyikapinya. Karena Anda juga bukan manusia
sempurna. Dimata orang lain Anda juga banyak kekurangan dan belum
memberikan ke-ideal-an sempurna buat orang lain. Tenanglah, nasib Anda
saat ini tidak sendiri. Banyak suami, bapak dan kepala keluarga lain
yang mengalami situasi rumit yang sama. Menjadi suami dan bapak memang
bukan tugas sederhana. Benar kadang masih bisa salah, apalagi salah jadi
tambah runyam. Karena suami yang dikenai tanggung jawab paling besar di
keluarga maka selalu kekurangannya yang akan lebih dulu terlihat.
Karena sifat manusia yang seringkali kurang bersyukur, lebih mudah
melihat menilai kekurangan orang dan lebih suka membanggakan peran diri
sendiri. Tapi jika semua ujian ini selesai dan Anda selamat bisa
bertahan maka Anda sudah jadi seseorang Anda yang baru. Sudah lebih baik
jadi bapak, suami, kepala keluarga yang lebih siap untuk mulai menerima
suatu amanah titipan besar dari Alloh SWT. Walaupun begitu jika sudah
lepas dari kesulitan, tetaplah setia pada istri Anda. Jangan sakit hati
kepada dia karena suami memang harus lebih baik, lebih sabar, lebih
bijak, lebih logik dan kalau bisa lebih pintar tentunya dari istri.
Doakan selalu istri Anda dan tetaplah ridho pada ketentuanNYA agar
menjadi amalan pahala buat Anda para suami. Tetap semangat para kawan
kawan suami sedulur, badai pasti berlalu. Aamiin Ya Robbal Alamin.
SEMANGAT SUKSES
(Mirza A.Muthi)