Protes adalah hal paling mudah dan paling spontan dilakukan
setiap orang. Begitu mudahnya protes tsb sehingga seringkali kata kata protes
keluar begitu saja dan kapan saja. Seakan akan kita adalah orang yang paling
benar , paling tahu dan orang lain selalu salah. Atau seakan akan kita adalah
orang yang paling tertindas, terkorbankan dan menderita. Memang gampang sekali
kita melihat punggung orang lain, tapi kita susah melihat punggung diri
sendiri. Protes bukannya haram atau tidak boleh dilakukan. Hanya saja kualitas
protes kita akan jadi ukuran, orang seperti apa kita. Apalagi jika kita juga
tidak punya jawaban jika ditanya: lalu bagaimana solusinya? Hanya bisa
menggelengkan kepala saja. Karena protesnya hanya ikut ikutan atau karena
terprovokasi teman.
Protes bisa terjadi karena perbedaan persepsi memaknai
sesuatu hal, merasakan ketidak adilan, menerima perlakuan tidak menyenangkan,
tapi bisa juga karena pengaruh ajakan orang atau kelompok lain, motivasi
mendapatkan imbalan atau iming iming uang. Pada intinya protes mengandung
harapan semua akan berubah jadi lebih baik sesuai dengan pandangannya. Entah
dia paham atau tidak bahwa ada beberapa cara pandang dalam menilai sebuah
masalah. Misal karyawan yang protes kepada pimpinan karena gajinya terlambat,
tapi pimpinan juga menyatakan bahwa gaji terlambat karena para karyawan kurang
gigih dalam mengejar omzet, sehingga tidak semua kebutuhan termasuk gaji bisa
tercukupi tepat waktu. Lalu bagaimana dengan kasus seperti ini? Karyawan protes
tapi pimpinan juga komplain.
Daripada kita protes pada hal hal yang tidak pasti, maka
mari kita sama sama pastikan apa yang bisa kita kerjakan hari ini agar dimasa
depan tidak ada pihak yang merasa dikecewakan. Karyawan seharusnya merasa
memiliki usaha yang jadi sumber nafkah diri dan keluarganya, sehingga harus
berjuang sekuat tenaga dengan iklash bagaimana "meramaikan" bisnis
perusahaan. Sebaliknya, pimpinan juga harus memenuhi takdirnya sebagai
pimpinan, yaitu harus bisa memotivasi dan mengatur karyawan dengan efektif dan
efesien sehingga karyawan diberi arahan yang cukup bagaimana cara bekerja untuk
meningkatkan omzet. Jika waktunya harus gajian tiba tapi uang gaji sampai di
detik terakhir masih belum mencukupi, maka pimpinan juga perlu dituntut pengorbanan
dan teladannya untuk sedikit berbagi sebagian gajinya untuk menutupi kekurangan
gaji karyawannya. Setidaknya tindakan seperti itu bisa membuat karyawan sangat
menghargai pimpinan yang rela berkorban demi menghargai kerja anak buahnya.
sehingga di kesempatan bulan berikutnya mereka akan berjuang lebih keras lagi
untuk mencapai omzet yang cukup agar semua bisa menerima gajinya secara utuh
tepat waktu. Kebersamaan seperti ini jauh lebih baik daripada sekedar protes
dan tidak ada solusi dan akan berakhir lebih buruk lagi dari bulan ke bulan,
sampai sebuah team kerja akan benar benar tercerai berai karena menumpuknya
berbagai kekecewaan.
Protes bukannya tidak boleh, untuk menyampaikan aspirasi.
Juga baik sebagai fungsi pengawasan terhadap pemegang kekuasaan atau regulasi.
Hanya saja itu tadi, pemrotes itu mudah sekali. Tp menjalankan yang seharusnya
memang sungguh tidak gampang. Berapa banyak aktifis mahasiswa yang dulunya
garang meneriakan anti korupsi, tapi pada saat sudah mencapai posisi penguasa
justru terjerat kasus serupa. Berapa banyak karyawan yang masuk serikat buruh,
berteriak lantang mengkritik system pengupahan, justru pada saat sudah jadi
manager jadi berbalik menekan karyawan dan berpihak pada perusahaan. Memang
jika memandang sebuah masalah dari sudut pandang atau posisi berbeda, maka akan
berbeda juga respondnya. Melihat topik masalah ini tergantung sebagai tekanan
atau sebagai kesempatan.
Jadi saya sarankan jadilah orang yang tenang, berpikir sehat
dan cerdas membaca masalah. Jangan terlalu cepat terprovokasi atas sebuah
hasutan atau ajakan. Pelajari dulu kejadiannya dan cobalah berpikir dari
berbagai sudut pandang. Orang bisa melihat kita sebagai pribadi yang matang
bijaksana karena tidak selalu ikut arah arus, tapi konsisten dalam menunjukan
prestasi diri. Juga agar kelak dikemudian hari kita tidak termakan malu atau
jadi bumerang atas citra diri kita sendiri.
SEMANGAT SUKSES
(Mirza A.Muthi)