Memberi, bukan sesuatu pekerjaan
yang sia sia atau buang buang uang. Kita yang sudah cape bekerja mencari dan mengumpulkan uang,
tapi kenapa harus dibagi bagi kepada orang lain, bahkan untuk orang yang kita
tidak kenal pula. Ingatlah, agar semua berjalan lancar maka harus diyakini
bahwa semua yang kita lakukan harus berjalan seperti apa yang diperintahkan
oleh Sang Maha Pencipta. Memberi menjadi urusan manusia karena itu yang
diajarkan dan dicontohkan oleh para Nabi dan sudah diperintahkan oleh Tuhan.
Allah SWT memberi banyak kepada umatnya, bahkan jika kita gunakan lautan
sebagai tinta untuk menulis apa yang sudah kita terima dari Allah SWT, maka
tidak akan pernah cukup. Maka manusia juga sewajarnya dan wajib memberi kepada
sesama manusia, membangun hubungan yang baik antar yang punya kepada yang
butuh, antar kaya kepada yang miskin, yang pintar kepada yang awam.
Tugas manusia kepada manusia
lainnya adalah kepedulian, dan semakin sering kita melakukan pekerjaan tsb,
maka semakin banyak berkah dan amal ibadah dari Allah SWT. Jadikan memberi dan
peduli dengan niat iklas dan membantu sebagai
kebiasaan. Maka ini akan membuat Anda jadi manusia yang lebih beruntung
karena ada energi semesta mengatur karma. Itu sudah jadi ketentuan Allah SWT
yang mengatur semesta dan seluruh energinya. Bagi mereka yang banyak memberi
dan membantu orang lain, maka niscaya hidupnya juga akan banyak dibantu oleh
orang lain. Rantai lingkaran energi kebaikan.
Mungkin kita bisa menilai ada
seseorang yang beruntung. Hidupnya sangat Indah, dari keluarga kaya, muda kaya
raya, terkenal, menua dengan makmur dan meninggal dengan dikenang orang. Banyak
rahasia Tuhan yang mungkin tidak kita pahami,
misal kenapa sebagian orang tampak hidupnya sangat mudah dan
menyenangkan dan sebagian besar seperti terbanting terseret dalam penderitaan. Allah memberi gambaran yang jelas dalam
kehidupan agar bisa dijadikan contoh dan pelajaran. Oklah ini bisa jadi terlalu sempurna. Kita
ambil hal yang sederhana, misal saat yang lain susah mendapat pekerjaan, maka
dia seperti mudah mendapatkan panggilan kerja. Di tempat kerja karir kawan
kawan lain susah berkembang tapi dia cepat meningkat posisi dan jabatan
sehingga gajipun naik berlipat jauh lebih besar dari kawan sekantor seangkatan.
Jangan Anda sekedar menilai dia dari kompetensi kerja yang dia tampilkan di
tempat kerja. Bagi mereka yang punya "hobby" memberi dan peduli
biasanya tidak akan gembar gembor memberi tahu kepada semua orang jika dia
sudah memberi kemana, memberi apa atau berapa yang diberi. Maka Anda tidak akan
tahu "senjata rahasia" dia kenapa bisa lebih sukses dibanding orang
lain.
Keberuntungan itu bukan
kebetulan. Diluar masalah soft skill, EQ, IQ dan hard skill knowledge yang
wajib terus dibangun, tentu saja kita membutuhkan "keberuntungan".
Keberuntungan itu dibangun dari hati yang iklas, membantu dan peduli. Iklas
juga berarti dia tidak merasa perlu memberi tahu kepada semua orang bahwa dia
senang berbagi dan peduli. Bahkan bisa jadi keberuntungan sudah dibangun sejak
jaman orang tua kita, yang menabung kebaikan dan mencari berkah lalu anak
anaknya yang kemudian mendapatkan keberuntungan. Ditambah biasanya anak anak
mengikuti teladan yang diajarkan orang tuanya dijadikan sebagai kebiasaan. Tapi
walaupun begitu keberuntungan tidak bisa berlaku rata. Bahkan mungkin dari
empat anak, belum tentu semuanya bisa beruntung, karena tidak semua orang bisa
beruntung. Tergantung pada setiap perilaku karakter pribadi anak tsb.
Apakah Anda menyimak di sekitar
Anda bahwa justru banyak orang kaya yang lebih beribadah dibanding orang
miskin, orang kaya lebih penuh sholat 5
waktu dibanding orang miskin, orang kaya
yang seperti itu sudah pasti lebih banyak bersyukur dan lebih banyak memberi.
Maka sudah diajarkan bahwa jika kamu memberi, AKU akan kembalikan kepadamu
dengan jumlah yang berlipat ganda. Tapi Anda tidak harus menunggu kaya atau
memiliki posisi jabatan untuk bisa memberi atau menolong orang. Karena yang
Anda bisa berikan tidak harus melulu uang atau materi. Yang penting Anda punya
kepedulian dan niat. Memberi bukan hanya harus uang, tapi perhatian, bimbingan,
sekedar makanan, buku bacaan, bahkan saran dan juga mendoakan orang lain.
Sehingga memberi bukan hanya
sebatas memberi ikannya, tapi justru memberi pancing. Mendidik dan memberi
wawasan jauh lebih baik bagi yang diberi. Jadikan peduli dan memberi sebagai
kebiasaan, jadikan sifat ini membentuk karakter diri Anda. Tapi berikan dengan
cara yang bijaksana. Pecayalah pada "jalan dari langit". SEMANGAT SUKSES (Mirza A.Muthi)