Ada pertanyaan di email yang bertanya
bagaimana mengatasi masalah kemacetan yang makin menggila belakangan ini di
jalan jalan utama bahkan di tol DKI Jakarta. Walaupun ini tidak terkait dengan
masalah bisnis dan marketing, tapi sangat terkait dengan kenyataan apa yang
kita temukan dan rasakan sehari hari. Untuk ajang diskusi, saya akan
melemparkan sebuah pemikiran yang bisa kita diskusikan bersama.
70% kapasitas jalan di Jakarta ditutupi
oleh kendaraan pribadi berkapasitas 4 orang atau lebih yang isi di dalamnya
pada saat sedang berada di jalan raya mungkin hanya 1 atau 2 orang saja. Jelas mobil pribadi yang membuat jalan raya Jakarta
sesak dan padat. Mobil pribadi, sebagai mana karakter para pengemudinya
mencerminkan karakter yang berbeda beda. Ada yang berjalan lambat walaupun di
jalur cepat, ada yang zig zag dengan kecepatan tinggi, ada yang senang
menerobos lampu merah dan masuk jalur yang salah, ada yang tidak merasa
bersalah jika parkir di pinggir jalan ramai. Sejak mobil disupiri oleh supir
atau pemiliknya, maka mobil tersebut "bernyawa" dan melibatkan
karakternya dalam lalu lintas Jakarta. Jadi kalau ada 5 juta mobil 1 hari
berkeliaran di Jakarta, saat itu ada 5 juta karakter mobil yang saling
bersinggungan satu sama lain. Jika bersinggungannya bisa mengikuti satu system
yang umum berlaku, maka para mobil tsb akan lancar mengikuti arus walaupun
tidak bisa terlalu cepat mengalir. Tapi kalau masing masing mobil mengikuti
nafsu karakternya sendiri sendiri, maka titik titik konflik antar berbagai
jalur makin banyak tercipta dan kondisi macet jelas tercipta. Maka untuk
diusahakan agar pencipta karakter mobil mobil ini "dipaksa dijadikan 1
karakter" bukan hal yang mudah. Seluruh pengendara mobil di Jakarta harus
disamakan persepsinya tentang karakter mengemudi yang baik, sopan dan
berempati. Atau jika tidak bisa distandardkan karakter pengemudinya, maka
pengemudi pengemudi ini harus dilepaskan dari tugasnya mengemudi dan menaiki 1
moda transportasi yang sama.
Transjakarta yang
beroperasi di jalur Busway juga sudah lumayan mengurangi jumlah mobil beredar
di jalan raya. Tapi rasanya itu tidak cukup karena jalan tol tetap saja padat
merayap. Masih belum banyak pemilik mobil yang pindah moda transportasi.
Padahal mobil pribadi yang harus dikurangi populasinya dan pemilik mobil
pribadi adalah orang orang kaya Jakarta.
Menurut saya, apa
yang dibutuhkan orang orang bermobil mewah di DKI. Jakarta bukan mass rapid transportation ( MRT ), tapi
executive substituted transportation. ( EST ) Sebuah konsep moda transportasi
yang dirancang cukup mewah seperti kabin pesawat, AC dan sound system, lengkap
dengan kursi yang nyaman dengan formasi yang bisa menampung cukup banyak
penumpang dan kemudahan akses penumpang keluar masuk, dan tentu saja
pramugarinya yang sopan menarik..
Trans Jakarta masih seperti bus umum yang
diberi jalur khusus saja tapi tetap belum bisa memindahkan orang orang kaya
yang biasa bermobil pribadi untuk berpindah mengendarai trans jakarta karena
secara kenyamanan, ketepatan waktu, ataupun standard life style masih belum
sesuai dengan standard mereka.
Strategi ini sinergi
antara pembatasan pemakaian Premium bersubsidi dengan penyedian alternative
transportasi yang pantas untuk mereka yang biasa bermobil pribadi
Langkah pertama
sediakan EST dan infrastrukturenya.
Tentunya setiap
kebijakan transportasi sebelum diaplikasikan harus disiapkan dulu backbone
infrastrukturenya, agar tidak timbul gejolak di masyarakat
Langkah kedua, naikan
harga pertamax dan larang mobil plat hitam membeli premium subsidi. Pembeli Pertamax akan
mendapat kartu hologram yang dipasang di kaca depan bagian dalam sebagai
tanda bahwa mobil ini diizinkan untuk lalu lalang di jalan raya dalam kota
Jakarta. Kartu hologram ada 7 warna yang dirandom warna hariannya yang berlaku
sama di seluruh DKI Jakarta. Mobil tanpa kartu hologram ini tidak diijinkan
melintas di dalam kota baik jalan tol maupun jalan arterinya. Sehingga kalau
mau melintas di dalam kota, maka dia wajib membeli pertamax agar mendapat kartu
hologram. Kartu ini harus diserahkan kembali pada saat membeli pertamax lagi
dan ditukar dengan kartu hologram baru dengan warna yang berlaku untuk hari
itu. Beli Pertamax biar sedikit tapi setiap hari agar kartu hologram bisa
selalu menyesuaikan dengan warna yang berlaku.
Tujuan utama EST ini
harus mampu memindahkan pengendara mobil pribadi yang mengendarai mobil
berkapasitas 4-6 orang tapi hanya diisi sendiri atau dengan supir, menjadi
beralih ke transportasi umum yang tetap sesuai dengan lifestyle mereka.
Hal hal yang perlu
dipenuhi dari EST ini adalah:
· Station dan feeder di
lokasi perumahan dan lokasi bisnis dan perdagangan, lengkap dengan ojek motor
executive untuk mengantar dari station ke tempat tujuan akhir.
· Kemudahan pembelian
tiket on line atau kartu berlangganan dengan pelayanan 24 jam.
· Kenyamanan setara
mobil pribadi, jadi tidak ada penumpang berdiri karena penumpang sesuai
kapasitas duduk.
· Ketepatan waktu dan
jadwal keberangkatan dan kedatangan yang jelas dalam skala maksimum per 10
menit.
· Dibuatkan jalur
khusus bebas hambatan. Agar tidak diserobot kendaraan lain yang pengemudinya
masih bermental "penyerobot" maka jalur EST sebaiknya dibuat
"melayang" di atas jalan umum, seperti monorel.
· Keragaman tujuan dari
area perumahan jabodetabek ke lokasi lokasi bisnis utama di seluruh area
Jakarta.
· tiket yang harus cukup mahal sehingga membatasi segmen
penumpang yang masuk ( walaupun demikian tetap lebih murah jika dibandingkan
dengan pertamax yang biasa mereka beli ). Misalnya Rp.10.000 per
trayek koridor.
· jam operasional yang panjang. Jika perlu 24 jam karena kegiatan kalangan
executive panjang sepanjang hari mulai dari urusan kantor sampai entertainment.
· membangun area pos parkir kendaraan pribadi yang luas dan aman juga
infrastruktur station EST yang modern bagi calon penumpang EST di sekeliling
jabodetabek Dengan kapasitas angkut 50 penumpang per unit EST saja bisa
mengurangi 500m2 badan jalan yang terpakai kendaraan pribadi Jika ada 100 unit
EST beroperasi sekali waktu maka 50.000 m2 badan jalan bisa membuat kendaraan
pribadi yang masih mau membayar pertamax yang mahal berjalan di jalan raya
masih mempunyai ruang gerak dan bisa lebih mengalir.
Akhirnya pilihannya bagi pengguna mobil
akan ada 3: Pengguna Premium hanya bisa melintas di kota satelit pinggiran
Jakarta, Pengguna Pertamax bisa melintas di dalam kota Jakarta tapi dengan
harga Pertamax yang mahal, atau bagi pengguna premium yang akan aktifitas di
dalam kota Jakarta tapi dengan biaya murah bisa menggunakan EST yang tetap
nyaman.
Dept perhubungan, Polda Metro Jaya,
Gubernur DKI harus gencar mensosialisasikan dan mengkomunikasikan EST ini
kepada seluruh masyarakat Jakarta khususnya ke perumahan perumahan elite,
kawasan perkantoran, resto cafe hotel dimana komunitas pemilik mobil pribadi
berkumpul dan beraktifitas. Jadikan
EST ini sebagai standard lifestyle mereka dan juga bukti empati mereka kepada
permasalahan lalu lintas Jakarta.
Jika EST ini bisa
menjadi lifestyle , bahkan bisa jadi tempat sosialisasi segmen employee
menengah atas dan dinaiki oleh mayoritas pengendara mobil pribadi, maka masalah
kemacetan lalu lintas jakarta yang disebabkan oleh pertumbuhan mobil yang jauh
melampaui kapasitas jalan raya akan teratasi. Demikian usulan, jika
ada tanggapan atau materi diskusi lain kami persilakan email ke email kami. SEMANGAT SUKSES ( Mirza A. Muthi )