Monday, July 12, 2010

BAGAIMANA MERUBAH HALUAN BISNIS DENGAN AMAN ?

Dalam sebuah perbincangan dengan pengusaha angkot ( angkutan kota seukuran carry ) yang mengeluh bahwa sewa sekarang sepi. Maksudnya penumpang makin sepi, karena jumlah motor makin lama makin banyak. Orang merasa lebih hemat membayar cicilan motor dan akhirnya punya motor daripada "membuang" uang untuk membayar ongkos angkot. Tapi saya jadi paham kenapa supir angkot kadang "menjengkelkan" di jalanan. Karena memang harus survive selain bersaing antar sesama angkot ternyata jumlah penumpang makin bulan ke bulan dirasakan pengusaha angkot juga makin sedikit.


Memang kebutuhan pasar bisa berubah karena beberapa hal perubahan seperti:

  • Teknologi: misalnya film negative sekarang sudah tidak layak jual karena semua  camera sudah menggunakan memory internal atau memory card , juga LCD TV saat ini lebih banyak dicari daripada TV tabung yang besar dan berat.
  • Trend: misalnya orang sekarang lebih senang cari hiburan ke karaoke keluarga untuk makan dan nyanyi bersama dibandingkan hanya ke restorant umumnya. Trend ini jika bersifat massal juga seringkali terkait dengan lifestyle
  • Politik: sejak Bpk Abdurachman Wahid mengizinkan etnis China untuk eksis di Indonesia, maka hiburan hiburan thematic China seperti barongsai dan seni kungfu bisa menjadi bisnis yang banyak dicari orang untuk mengisi acara besar yang dihadiri umum
  • Masuknya produk pengganti : Kasus ini bisa dijadikan contoh, karena ada motor yang lebih cepat dan tidak perlu berganti ganti kendaraan di setiap persimpangan maka angkutan kota yang penuh sesak dan lambat tidak lagi jadi pilihan
  • Kebijakan: misalnya kebijakan approval kredit motor yang makin mudah, ringan dan cepat. Dp yang kecil cukup Rp. 300 ribu dengan syarat slip gaji ,KTP dan KK sudah bisa bawa pulang motor

Kalau hal itu terjadi seperti dalam bisnis angkot diatas, maka tentu saja harus diwaspadai oleh pengusaha: SAMPAI BERAPA LAMA LAGI BISA BERTAHAN ? 

Jelas kebijakan financial yang memudahkan ini tidak akan berubah arah menjadi lebih mahal mencicil, lebih mahal Dp, karena itu akan menyebabkan perusahaan pembiayaan kehilangan nasabahnya. Bahkan mungkin makin lama bisa makin mudah, makin cepat dan makin ringan, karena pasar juga menginginkan hal tersebut. Kecuali ada kebijakan otoritas pemerintah ( dept keuangan ) yang mulai membatasi aliran dana ke nasabah dengan alasan kehati hatian penyaluran kredit konsumsi sehingga pengajuan cicilan motor ke perusahaan pembiayaan tidak lagi mudah.


Maka tentunya perubahan harus dilakukan oleh pelaku usaha angkot agar tidak tergilas turunnya kebutuhan. Jangan sampai kemampuan dana , modal tersedia atau nilai asset ( kendaraan ) sudah sangat menurun dan saat itu pengusaha angkot belum juga  merubah arah bisnisnya. Kalau antisipasi yang dilakukan terlambat, maka kelangsungan usaha dan potensi income untuk penghidupan juga akan terancam. 


Untuk masalah yang dihadapi pengusaha angkot ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan:

  • Gunakan sebagian asset tersedia untuk diversifikasi usaha. Misalnya punya 2 mobil angkot, yang satu dijual dan uangnya untuk dijadikan modal usaha lain.
  • Gunakan sebagian mobil angkot untuk beralih fungsi. Misalnya dipotong bodynya dijadikan bak terbuka untuk disewakan ( tentunya setelah pengurusan surat surat kendaraan yang disesuaikan ), atau dijadikan mobil toko, atau diperbaiki, diperbagus agar layak menjadi mobil antar jemput anak sekolah.
  • Jual seluruh asset untuk merubah total bisnis baru. Tapi untuk mengambil keputusan usaha total baru yang sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan modal memang tidak mudah. Apalagi umumnya pengusaha angkot skala kecil ini kurang siap dari segi skill atau pengetahuan dan  pengalaman untuk jenis usaha lain. Maka disarankan untuk merubah bisnis secara bertahap dan dicoba dulu apakah bisnis baru ini nantinya akan punya prospek
  • Gunakan hasil penjualan sebagian atau seluruh asset kendaraan untuk membeli satu/ beberapa bisnis franchise yang sesuai. Bisnis franchise dikenal layak untuk jadi pilihan karena pelaku tidak perlu harus jadi  ahli di bidang bisnis baru tsb tapi bisnis tetap bisa berjalan karena kekuatan merknya dan standarisasi operasional, service dan bantuan konsultasi masalah dan pemasaran yang diarahkan oleh franchisor
Pilih usaha riil yang memang kiranya masih sanggup dikelola sendiri. Jangan di bisnis yang sangat perlu konsep bisnis yang memusingkan kecuali ada orang yang berkompeten untuk membantu menjalankan. Apakah itu bisnis makanan/minuman, penjualan air mineral & gas atau pulsa elektrik, atau industri rumah tangga sederhana. Bahkan mungkin dengan uang dari penjualan angkot bisa dipakai untuk membeli mesin pencacah botol plastic untuk dijual potongannya ke pabrik pengolahan limbah plastic. Saran saya, jangan terlalu muluk muluk untuk mengejar keuntungan di bisnis yang belum dikuasai. Kalau menyimak bisnis angkot yang makin turun jumlah penumpangnya sehingga terpaksa harus diambil pilihan usaha lain maka tentunya dapat omzet 200rb-300rb per hari saja sudah bagus dan mungkin seimbang dengan pendapatan bisnis angkot di masa jayanya dulu. Ini waktunya belajar bisnis lagi. Kalau sudah mulai menguasai bidang bisnis baru tsb, baru bisa difokuskan untuk dikembangkan agar bisa betul betul diandalkan dan bisa menggantikan bisnis angkot yang kerap mulai merugi.

Demikian masukan dari saya, mudah mudahan dapat berguna.


SEMANGAT SUKSES ( Mirza A. Muthi)


No comments:

Post a Comment