Dalam sebuah perbincangan dengan pengusaha angkot ( angkutan kota seukuran
carry ) yang mengeluh bahwa sewa sekarang sepi. Maksudnya penumpang makin sepi,
karena jumlah motor makin lama makin banyak. Orang merasa lebih hemat membayar
cicilan motor dan akhirnya punya motor daripada "membuang" uang untuk
membayar ongkos angkot. Tapi saya jadi paham kenapa supir angkot kadang
"menjengkelkan" di jalanan. Karena memang harus survive selain
bersaing antar sesama angkot ternyata jumlah penumpang makin bulan ke bulan
dirasakan pengusaha angkot juga makin sedikit.
Memang kebutuhan pasar bisa berubah karena beberapa hal perubahan seperti:
- Teknologi:
misalnya film negative sekarang sudah tidak layak jual karena semua
camera sudah menggunakan memory internal atau memory card , juga LCD TV
saat ini lebih banyak dicari daripada TV tabung yang besar dan berat.
- Trend:
misalnya orang sekarang lebih senang cari hiburan ke karaoke keluarga
untuk makan dan nyanyi bersama dibandingkan hanya ke restorant umumnya.
Trend ini jika bersifat massal juga seringkali terkait dengan lifestyle
- Politik:
sejak Bpk Abdurachman Wahid mengizinkan etnis China untuk eksis di
Indonesia, maka hiburan hiburan thematic China seperti barongsai dan seni
kungfu bisa menjadi bisnis yang banyak dicari orang untuk mengisi acara
besar yang dihadiri umum
- Masuknya
produk pengganti : Kasus ini bisa dijadikan contoh, karena ada motor yang
lebih cepat dan tidak perlu berganti ganti kendaraan di setiap
persimpangan maka angkutan kota yang penuh sesak dan lambat tidak lagi
jadi pilihan
- Kebijakan:
misalnya kebijakan approval kredit motor yang makin mudah, ringan dan
cepat. Dp yang kecil cukup Rp. 300 ribu dengan syarat slip gaji ,KTP dan
KK sudah bisa bawa pulang motor
Kalau hal itu terjadi seperti dalam bisnis angkot diatas, maka tentu saja
harus diwaspadai oleh pengusaha: SAMPAI BERAPA LAMA LAGI BISA BERTAHAN ?
Jelas kebijakan financial yang memudahkan ini tidak akan berubah arah menjadi
lebih mahal mencicil, lebih mahal Dp, karena itu akan menyebabkan perusahaan
pembiayaan kehilangan nasabahnya. Bahkan mungkin makin lama bisa makin mudah,
makin cepat dan makin ringan, karena pasar juga menginginkan hal tersebut.
Kecuali ada kebijakan otoritas pemerintah ( dept keuangan ) yang mulai
membatasi aliran dana ke nasabah dengan alasan kehati hatian penyaluran kredit
konsumsi sehingga pengajuan cicilan motor ke perusahaan pembiayaan tidak lagi
mudah.
Maka tentunya perubahan harus dilakukan oleh pelaku usaha angkot agar tidak
tergilas turunnya kebutuhan. Jangan sampai kemampuan dana , modal tersedia atau
nilai asset ( kendaraan ) sudah sangat menurun dan saat itu pengusaha angkot
belum juga merubah arah bisnisnya. Kalau antisipasi yang dilakukan
terlambat, maka kelangsungan usaha dan potensi income untuk penghidupan juga
akan terancam.
Untuk masalah yang dihadapi pengusaha angkot ini ada beberapa hal yang bisa
dilakukan:
- Gunakan
sebagian asset tersedia untuk diversifikasi usaha. Misalnya punya 2 mobil
angkot, yang satu dijual dan uangnya untuk dijadikan modal usaha lain.
- Gunakan
sebagian mobil angkot untuk beralih fungsi. Misalnya dipotong bodynya
dijadikan bak terbuka untuk disewakan ( tentunya setelah pengurusan surat
surat kendaraan yang disesuaikan ), atau dijadikan mobil toko, atau
diperbaiki, diperbagus agar layak menjadi mobil antar jemput anak sekolah.
- Jual
seluruh asset untuk merubah total bisnis baru. Tapi untuk mengambil
keputusan usaha total baru yang sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan
modal memang tidak mudah. Apalagi umumnya pengusaha angkot skala kecil ini
kurang siap dari segi skill atau pengetahuan dan pengalaman untuk
jenis usaha lain. Maka disarankan untuk merubah bisnis secara bertahap dan
dicoba dulu apakah bisnis baru ini nantinya akan punya prospek
- Gunakan hasil penjualan sebagian atau seluruh asset kendaraan untuk membeli satu/ beberapa bisnis franchise yang sesuai. Bisnis franchise dikenal layak untuk jadi pilihan karena pelaku tidak perlu harus jadi ahli di bidang bisnis baru tsb tapi bisnis tetap bisa berjalan karena kekuatan merknya dan standarisasi operasional, service dan bantuan konsultasi masalah dan pemasaran yang diarahkan oleh franchisor
Pilih usaha riil yang memang kiranya masih sanggup dikelola sendiri. Jangan
di bisnis yang sangat perlu konsep bisnis yang memusingkan kecuali ada orang
yang berkompeten untuk membantu menjalankan. Apakah itu bisnis makanan/minuman,
penjualan air mineral & gas atau pulsa elektrik, atau industri rumah tangga
sederhana. Bahkan mungkin dengan uang dari penjualan angkot bisa dipakai untuk
membeli mesin pencacah botol plastic untuk dijual potongannya ke pabrik
pengolahan limbah plastic. Saran saya, jangan terlalu muluk muluk untuk
mengejar keuntungan di bisnis yang belum dikuasai. Kalau menyimak bisnis angkot
yang makin turun jumlah penumpangnya sehingga terpaksa harus diambil pilihan
usaha lain maka tentunya dapat omzet 200rb-300rb per hari saja sudah bagus dan
mungkin seimbang dengan pendapatan bisnis angkot di masa jayanya dulu. Ini
waktunya belajar bisnis lagi. Kalau sudah mulai menguasai bidang bisnis baru
tsb, baru bisa difokuskan untuk dikembangkan agar bisa betul betul diandalkan
dan bisa menggantikan bisnis angkot yang kerap mulai merugi.
Demikian masukan dari saya, mudah mudahan dapat berguna.
SEMANGAT SUKSES ( Mirza A. Muthi)
No comments:
Post a Comment